Ibrahim berasal dari Babilonia, salah satu pusat peradaban masa itu selain
Mesopotamia, yang kemudian dikenal sebagai wilayah Mausul. Kawasan itu
terletak di antara sungai Efrat dan Tigris/Dajlah yang kini menjadi bagian
negara Irak. Penguasa pada masa Ibrahim adalah raja besar, Namrud bin
Kusy. Ayah Ibrahim, Azar, adalah pematung istana. Dialah pembuat arca yang
disembah raja dan seluruh rakyat.
Ibrahim seorang yang kritis pada masalah ketuhanan. Ia menggugat ayahnya
yang menyembah patung buatannya sendiri. Di masa remaja, Ibrahim
menghancurkan patung-patung istana, lalu mengalungkan kapak penghancurnya
di leher arca terbesar. Ketika disidang, Ibrahim berkilah bahwa yang
menghancurkan arca-arca itu adalah arca terbesar. Ia minta Namrud untuk
bertanya pada arca besar itu. Tentu semua menjelaskan bahwa patung itu tak
dapat berbuat apa-apa. Jawaban itu dibalik oleh Ibrahim dengan bertanya,
mengapa patung yang tidak dapat berbuat apa-apa harus disembah.
Riwayat yang ada menyebut Ibrahim dihukum bakar. Selama ini semua
kalangan meyakini bahwa mukjizat Allah telah menyelamatkan Ibrahim dari
kobaran api itu. Ibrahim lalu hijrah ke Palestina. Perjalanannya dipenuhi
dengan proses pencarian Tuhan yang dilukiskan dengan sangat indah oleh
Quran. Ia sempat bertanya pada dirinya sendiri: apakah kerlap-kerlip bintang
di langit itu Tuhan? Hal yang dibantahnya sendiri begitu malam berlalu dan
bintang itu tenggelam. Hal serupa dipertanyakannya ketika bulan muncul, juga
ketika matahari merekah. Semua itu mengantarkan Ibrahim pada sebuah
kesimpulan: Tuhan adalah yang menciptakan semua itu.
Dalam perjalanannya ke Palestina, Ibrahim menikah dengan Sarah -putri Raja
Chazan. Setelah tinggal beberapa saat, Ibrahim dan Sarah pergi ke Mesir.
Oleh Raja Mesir, mereka dihadiahi pelayan bernama Hajar yang kemudian
diajak ke Palestina. Sarah yang tak kunjung dikaruniai anak, mendesak
Ibrahim untuk menikahi Hajar.
Selanjutnya Ibrahim bersama Hajar menuju kawasan bukit batu yang gersang
yang kini menjadi kota Makkah. Di sanalah Ibrahim membangun ka'bah, lalu ia
kembali ke Palestina meninggalkan Hajar dan anaknya, Ismail.
Ibrahim meninggal di Palestina dan dimakamkan di Hebron, Sinai. Makamnya
hingga kini dihormati oleh pemeluk tiga agama, Islam Kristen maupun Yahudi.
Ibrahim memang Bapak para nabi yang membawa tiga agama samawi tersebut.
Lebih dari itu, Ibrahim adalah Bapak Monoteisme.
Pencariannya terhadap Tuhan telah mengantarkan seluruh umat manusia
terhadap prinsip "kemerdekaan" manusia untuk tidak terikat pada apapun
kecuali Tuhan. Maka, Ibrahim adalah satu-satunya Rasul sebelum Muhammad
yang umat Islam wajib melakukan ritual untuk menapaktilasinya berupa
ibadah haji.
0 komentar:
Posting Komentar