Yunus lahir dan besar di Syam. Ia kemudian berdakwa di Ninawa, tempat yang
diyakini sekarang berada di dekat Mausul-Irak. Kehadiran Yunus tak
mendapatkan sambutan baik masyarakat setempat. Selama lebih tiga puluh
tahun menyeru kebaikan, dia hanya memperoleh dari dua orang. Rubil dan
Tanukh. Nyaris Yunus putus asa. Allah pun meminta Yunus untuk berdakwah
lagi selama 40 hari.
Tak ada perubahan yang terjadi. Maka Yunus memutuskan untuk pergi.
Sepeninggal Yunus, awan hitam pun menggantung. Suara gemuruh
menggelegar. Kaum bencana awan panas serta petir yang menimpa kaum
Madyan di masa Syuaib mungkin telah sampai pada mereka. Seluruh penduduk
pun berkumpul di tanah lapang menyatakan taubatnya secara sungguh.
Perlahan gumpalan awan itupun menipis hingga sirna.
Warga Ninawa berusaha mencari Yunus kembali. Yunus, yang tak tahu
pertaubatan itu malah pergi menghindar lantaran khawatir dibunuh. Ia
kemudian menumpang sebuah kapal. Di tengah perairan, kapal pun diguncang
topan. Keyakinan masa itu, badai datang karena para penumpang kapal penuh
dosa. Untuk meredakan badai harus dilakukan pengorbanan. Yunus terpilih
untuk dikorbankan setelah diundi tiga kali.
Yunus dilemparkan ke laut. Tubuhnya ditemukan kembali dalam perut ikan
yang terdampar di pantai. Atas kuasa Allah, Yunus ternyata masih hidup.
Setelah sembuh, ia kembali berdakwah di masyarakat Ninawa yang kali ini
menyambutnya dengan sangat baik.
Besar kemungkinan peristiwa itu terjadi di Laut Hitam. Sedangkan ikan
penelan Yunus yang paling mungkin adalah paus. Kisah Yunus mengajarkan
bahwa kebesaran Allah tak mungkin sepenuhnya terjangkau oleh perhitungan
biasa manusia. Juga bahwa ketekunan (berdakwah) pada akhirnya akan berbuah.
0 komentar:
Posting Komentar